Bismillah..
Kekurangan Zat Besi di Indonesia dan Dampaknya Terhadap Generasi Maju di Masa Depan.
1 dari 3 Anak Indonesia Kekurangan Zat Besi
Hai moms! Tahukah kalian bahwa saat ini kita sedang menghadapi masalah serius yaitu anak-anak Indonesia banyak yang mengalami anemia yang 50-60% disebabkan oleh kekurangan zat besi. Dan tau gak sih ternyata menurut Risdeskas 1 dari 3 anak Indonesia mengalami anemia loh. Tentunya saya sebagai bunda dari 2 anak juga merasa terganggu apakah anak saya anemia, apakah anak saya tercukupi zat gizinya selama ini?
Masalah ini jika tidak ditangani dengan baik maka akan berakibat pada masa depan bangsa Indonesia, karena hal ini akan membuat generasi emas Indonesia di masa mendatang akan tidak tumbuh dengan optimal dan akan menghambat impian Indonesia menjadi negara maju di tahun 2045 nanti saat 100 tahun umur kemerdekaan Indonesia.
Berdasarkan latar belakang di atas Danone specialized Nutrition (SN) berkeinginan untuk mendorong pemahaman di masyarakat mengenai kekurangan zat besi serta nutrisi dibutuhkan anak agar anak dapat tumbuh optimal dan menjadi anak generasi maju di masa depan.
Pada Kamis, 17 Desember 2020 Danone Specialized Nutrition (SN) mengadakan webinar yang berjudul “Kekurangan Zat Besi Sebagai Isu Kesehatan Nasional di Indonesia dan Dampaknya Terhadap Kemajuan Anak Generasi Maju” bersama para ahli kesehatan dan orang tua. Dengan Dr. dr Ray Basrowi, MKK. Sebagai moderator acara kali ini.
Corporate Communications Director Danone Indonesia, Pak Arif Mujahidin mengatakan “Tercapai atau tidaknya mimpi bangsa terkait Generasi Emas 2045 tersebut ditentukan oleh kualitas anak-anak yang saat ini masih balita. Sayangnya, satu dari tiga balita Indonesia, yang nantinya akan menjadi penggerak generasi maju, berisiko menghadapi tantangan tumbuh kembang yang bersifat permanen akibat dari kekurangan zat besi. Sehingga, dapat menghambat upaya untuk berprestasi bagi negeri,”
Beliau juga menambahkan “Memastikan bahwa setiap anak Indonesia terpenuhi haknya untuk maju dan berprestasi merupakan tanggung jawab kita bersama. Untuk itu, Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia ingin mengajak orang tua untuk bisa memberikan perhatian khusus dalam memastikan kebutuhan harian gizi anak, termasuk zat besi, telah terpenuhi dan terserap dengan baik,”
Anemia Defesiensi Besi dan Dampaknya Terhadap Anak
Narasumber untuk topik pertama ini adalah Dokter Spesialis Gizi Klinik dan Ketua Departemen Ilmu Gizi Klinik FKUI, dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, SpGK.
Masalah anemia di Indonesia, pada ibu hamil sendiri terdapat 48% yang mengalami anemia. Jumlah ini sendiri sudah melewati jumlah persen ibu hamil anemia secara global. Para ibu ini rerata berusia muda yang kemungkinan kurang edukasi mengenai pentingnya zat besi pada kehamilan. Ibu hamil yang mengalami anemia beresiko akan menurunkan kekurangan zat besi tersebut kepada anak-anak yang akan dilahirkan. Sebenarnya seberapa penting kah zat besi untuk anak?
Efek Difesiensi zat besi terhadap anak
47% anak di dunia mengalami anemia dan 50-60% nya karena defisiensi zat besi. Usia 6 bulan sampai 3 tahun adalah masa kritis terjadinya anemia pada anak, hal ini dikarenakan kebutuhan zat gizinya meningkat, mengalami masa pertumbuhan yang cepat dan pemenuhan zat besi yang masih kurang biasanya karena kurangnya konsumsi hewan. Kondisi anemia ini paling tinggi terjadi pada usia 1-2 tahun dan ranking kedua diisi oleh usia 2-3 tahun.
Difesiensi zat besi akan memberi efek jangka pendek dan jangka panjang dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, pada efek jangka pendek akan berpengaruh pada menurunnya kognitif/kecerdasan, menurunnya fungsi otak (atensi, pendengaran, visual) dan menurunnya fungsi motorik. Sementara untuk efek jangka panjangnya adalah menurunnya performa di sekolah seperti berhitung, membaca, menulis dan bahasa yang berkurang. Kurangnya atensi dan sosial karena kurang tanggap terhadap lingkungan sekitar serta perubahan perilaku seperti kurang aktif bergerak, kurang atensi, kurang responsif, tidak ceria dan mudah lelah.
Terus gimana sih caranya agar kita sebagai ibu bisa mencegah difensiasi zat besi yang terjadi pada anak?
Peran Zat Besi Terhadap Tumbuh Kembang Anak.
Pertama kita harus tahu dulu peran zat besi pada tumbuh kembang anak, zat besi membantu pembentukan dan fungsi neurotransmitter di otak yang berfungsi agar tidak terjadi keterlambatan saat otak merespon sesuatu, kemudian zat besi juga membantu perkembangan motorik anak, dan juga mendukung perkembangan perilaku dan emosi anak.
Ciri-ciri anak anemia
Secara klinis anak yang terkena anemia terdeteksi mempunyai keluhan sering cepat lelah, pusing, pucat dan pika (pika adalah kondisi anak suka mengunyah/ makan benda tertentu misalnya es batu atau yang paling aneh sabun mandi)
Penyebab anak kekurangan zat besi
1) Terlambat mengenalkan mpasi kepada anak. 2) pola konsumsi kekurangan asupan protein terutama sumber hewani. 3) kurang konsumsi fortifikasi zat besi dalam makanan dan formula pertumbuhan. 4) pemberian suplementasi zat besi yang tidak sesuai indikasi. 5) tidak patuh minum suplemen (biasanya karena mual). 6) penyerapan zat besi yang tidak optimal.
Cara Mencegah Kekurangan Zat Besi
dr. Nurul memberitahukan beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah anak kekurangan zat besi, pertama bisa melakukan uji saring pemeriksaan hemoglobin, mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung zat besi serta makanan dan minuman yang sudah difortifikasi dengan zat besi.
Makanan yang mengandung zat besi antara lain: hati sapi/ayam, daging merah (sapi, kambing), kuning telur, daging unggas (ayam, bebek), ikan, udang dan tiram. Selain itu yang mengandung zat besi nanti yaitu kacang-kacangan, sayuran hijau dan biji-bijian.
Selain itu kita sebagai orang tua juga harus memperhatikan asupan vitamin C pada anak karena vitamin tersebut membantu tubuh menyerap zat besi dengan lebih baik. Mengkonsumsi buah-buahan seperti jeruk, stroberi, tomat, dan brokoli merupakan sumber vitamin C, dan sebaiknya dimakan bersama dengan makanan yang kaya zat besi untuk mengoptimalkan penyerapan. Tidak lupa menambahkan makanan dan minuman yang difortifikasi zat besi dan vitamin C untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi harian anak.
Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
Untuk topik kedua ini diisi oleh Psikolog Anak dan Keluarga Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si sebagai narasumber.
Setelah kita penuhi nutrisi anak seperti yang disampaikan pada bu dr. Nurul selanjutnya tugas kita adalah bagaimana sih caranya untuk mengoptimalkan tumbuh kembang si anak, agar anak kita bisa menjadi anak generasi maju di masa depan? Caranya adalah dengan memberikan stimulasi kepada anak.
Aspek Tumbuh Kembang Anak
Aspek tumbuh kembang anak sendiri secara umum terbagi menjadi kognitif (perkembangan bahasa dan berpikir cepat), emosi dan sosial ( percaya diri, aktif bersosialisasi dan tangguh), fisik-motorik (tumbuh tinggi dan seluruh fungsi gerakan berkembang dengan optimal).
Di dalam 3 aspek tumbuh kembang anak tersebut terdapat Lima Potensi Prestasi yaitu: 1) Berpikir Cepat 2) Tumbuh Tinggi 3) Percaya Diri. 4) Tangguh 5) Aktif Bersosialisasi
Dampak Kekurangan Zat Besi Pada Psikologis Anak
1. Terhambatnya tumbuh kembang
2. Kualitas Tidur Bermasalah
3. Kecerdasan Tak Optimal
4. Resiko lebih besar menghadapi masalah mental
5. Lebih mudah marah
Hal-hal di atas akan membuat Lima Potensi Prestasi tidak dapat tercapai optimal.
Selain itu apa saja sih stimulasi yang bisa kita lakukan agar dapat mengoptimalkan Lima Potensi Prestasi tersebut?
Nah stimulasi yang tepatlah yang dapat membantu meoptimalkan tumbuh kembang anak.
Kekurangan Gizi adalah Kekhawatiran Setiap Ibu
Alyssa Soebandono, seorang aktris dan ibu dari dua anak, menyatakan kekhawatirannya terhadap dampak kekurangan zat besi pada anak. “Saya mengamati secara langsung bagaimana anak berjuang untuk tetap berkonsentrasi ketika belajar, terutama untuk anak-anak saya yang sudah memasuki usia sekolah. Dengan situasi pembelajaran jarak jauh (PJJ), tantangan anak jadi lebih berat lagi. Maka dari itu, saya selalu mendampingi Rendra dan Malik ketika belajar untuk membantu mereka tetap berkonsentrasi. Selain itu, saya juga berusaha menyediakan asupan gizi yang cukup, dan memastikan tidak ada tanda-tanda awal kekurangan zat besi pada mereka. Saya bersyukur dengan menjaga asupan gizi dan pendampingan yang penuh perhatian, Rendra dan Malik tetap dapat terus belajar aktif dan memenuhi rasa ingin tahunya meskipun tidak ada kegiatan tatap muka dengan guru dan teman-teman sekolahnya.”
Mendukung pernyataan dari Allysa Soebandono tersebut, Tya Ariestia yang merupakan Aktris dan Ibu dari 2 anak pun menceritakan pendapatnya dalam memastikan asupan gizi harian anak. “Bagi anak-anak saya yang masih berusia 4 tahun dan 1,5 tahun, ternyata masalah gizi seperti kekurangan zat besi dapat menjadi salah satu penyebab anak lebih pemurung dan pendiam di rumah. Padahal, orang tua pasti mengharapkan anaknya tumbuh sehat, supel, dan punya banyak teman. Memberikan Kanaka dan Kalundra makanan dengan gizi seimbang dan mengajak mereka untuk bermain bersama menjadi kiat saya untuk memastikan mereka dapat berkembang dengan baik.”
Saya pun tidak luput dari rasa kekhawatiran mengenai kekurangan zat besi ini, terutama pada anak pertama saya yang terkadang bisa lebih emosional dan kurang tangguh dalam beraktivitas sehari-harinya. Semoga kedepannya saya juga bisa terus mendampingi anak-anak agar pertumbuhan dan perkembangannya menjadi lebih optimal dan menjadi bagian dari generasi maju dan generasi emas di tahun 2045.
Oiya untuk mengurangi kekhawatiran kita mengenai kekurangan zat besi ini, Danone Specialized Nutrition Indonesia juga menyediakan sebuah platform daring untuk membantu orang tua bisa melakukan tes risiko terjadinya kekurangan zat besi pada si Kecil melalui fitur di dalam situs www.generasimaju.co.id. Pada situs ini, orang tua juga dapat menemukan serangkaian artikel terkait topik nutrisi termasuk kekurangan zat besi dan bagaimana cara mengatasinya, serta berbagai artikel mengenai tips untuk mendukung anak menjadi Anak Generasi Maju.
Jadi langsung klik www.generasimaju.co.id ya untuk mengetahui kadar ketersediaan zat besi pada anak kita.
Semoga kedepannya Jumlah anak anemia di Indonesia bisa berkurang dan bisa bertumbuh lebih optimal agar menjadi generasi emas di tahun 2045! Aamiin