Orang Tua Berperan Dalam Hak Anak Untuk Membaca
Bismillah..
Bawang merah bawang putih, legenda Ladorundun, Siti Nurbaya, gadis penjual korek api, bebek buruk rupa. Beberapa judul buku cerita bergambar zaman saya kecil dulu yang sampai sekarang masih teringat jelas adegan-adegan yang tergambar pada buku-buku tersebut. Buku-buku dengan kertas glossy tipis bergambar dengan tulisan yang sedikit dan jelas khasnya buku cerita anak.
Tentu saja saya masih ingat bagaimana menyenangkan membaca buku dan membayangkan bagaimana adegan-adegan dongeng tersebut berasa menjadi nyata dengan imajinasi saya di waktu kecil. Apalagi untuk dongeng legenda, rasanya saya juga jadi berada pada zaman dahulu kala dan bisa merasakan nuansanya.
Kalau ditarik jauh ke belakang ternyata kesukaan saya terhadap buku memang sudah dibentuk Sedari kecil, ayah saya yang sangat suka buku dan sering sekali mengajak saya pergi ke toko buku dan menumbuhkan budaya membaca di rumah. Setelah buku cerita bergambar, beranjak remaja saya suka membaca komik dan novel remaja.
Bahkan di waktu SD karena sering membaca novel anak, saya juga sering menulis cerita karangan saya sendiri di laptop ayah agar dikirim ke salah satu penerbit buku anak, sayang ceritanya tidak pernah terkirim ke penerbit karena ceritanya juga gak selesai-selesai hahaha.
Di sini kita bisa tahu bahwa peran orang tua sangat penting dalam menumbuhkan minat baca sejak dini dan menjadi kewajiban orang tua untuk memenuhi hak anak dengan memberikan perlindungan dan pendidikan yang layak. Dan membaca menjadi bagian penting untuk memenuhi hak pendidikan yang layak tersebut.
Baca juga: Pertama Kali ke Kids Library Perpustakaan Daerah Kalimantan Selatan
Di Indonesia sendiri menurut Penilaian kompetensi berstandar nasional tahun 2019 yang diberikan pada murid kelas 8 mengungkap kinerja pembelajaran yang rendah dalam kemampuan membaca (44 persen peserta mencapai tingkat kompetensi minimal) dan Menurut tes PISA dari OECD tahun 2018, hanya 30 persen anak usia 15 tahun yang mencapai atau melampaui tingkat kompetensi minimal untuk membaca. Yang artinya pemenuhan hak anak dalam pendidikan ini belum berjalan dengan maksimal dan kita para orang tua berperan penting untuk memenuhi hak pendidikan untuk anak-anak kita salah satunya dengan membaca.
Buku Cerita Anak di Era Digital
Seiring kemajuan teknologi, sekarang membaca bukupun bisa sangat mudah dan ringkas lewat gadget masing-masing di rumah. Meskipun saya sendiri sebenarnya menyukai buku berbentuk fisik tapi karena waktu yang bisa digunakan untuk membaca seringnya saat menidurkan anak, akhirnya saya jatuh cinta dengan e-book dan lebih suka membaca lewat gadget. Karena Lebih praktis dan lebih murah bahkan sering ada buku yang gratis.
Setelah punya anak, saya bertekad agar anak saya juga suka buku dan senang membaca. Sama seperti saya senang membaca buku dan jatuh cinta terhadap buku. Saya benar-benar membacakan Ibrahim anak pertama saya sejak umurnya kurang lebih sebulan, begitupun dengan Fayla adiknya.
Hasilnya anak saya memang suka membaca buku dan Kosa-katanya pun lebih banyak untuk anak seumurannya. Dulu saya juga pernah membahas tentang membaca di usia dini di sini : mengajarkan anak membaca buku Sedari dini.
Tapi... Tentunya semua itu ada rintangannya, Sebagai ibu yang tidak sempurna, saya juga suka kasih anak saya gadget sekedar agar dia diam sejenak. Hal inilah yang akhirnya membuat kita sering berebut gadget karena dia ingin nonton video di gadgetnya sendiri. Dan mungkin dia juga mencontoh mamanya yang diliatnya sering main handphone.
Ya tantangan kita sebagai ibu di saat sekarang ini adalah bagaimana bisa hidup berdampingan dengan teknologi dan jangan sampai gaptek agar bisa membaur dengan anak-anak kita. Bagaimana sih caranya kita sebagai ibu tetap bisa membuat anak senang membaca di tengah gempuran video-video kartun anak yang terlihat lebih menyenangkan dibanding membaca buku?
Penggunaan teknologi khususnya gadget ini baik buruknya tergantung dengan penggunanya, sebagai orang tua tentunya kita bertanggung jawab dengan dampak baik dan buruknya gadget terhadap anak. Maka dari itu saya senang banget ketika tau ada aplikasi Let's read, sebuah aplikasi perpustakaan digital yang diisi dengan ratusan dongeng bergambar.
Wow! Buat saya kedengaran sangat menyenangkan ketika tau ada ratusan dongeng bergambar yang bisa dibaca gratis. Hal ini tentu sesuai dengan konvensi Hak Anak oleh PBB pada pasal 28 bahwa "Tiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Pendidikan dasar perlu tersedia gratis, pendidikan menengah dapat diakses, dan anak didorong menempuh pendidikan hingga ke tingkat tertinggi yang dimungkinkan. Disiplin yang diterapkan sekolah-sekolah haruslah tetap menghormati hak dan martabat anak"
Pengalaman Membaca Lebih Menyenangkan Bersama Let's Read
Let's Read dapat diunduh pada play store dan tau gak sih saat ini Let's Read sudah diunduh lebih dari 100ribu pengguna loh! Aplikasi ini menyediakan ratusan cerita bergambar penuh warna, mengusung konten muatan lokal dan juga disediakan dalam banyak bahasa. Tersedia dalam bahasa nasional dan daerah juga.
Selain bisa dibaca secara online, buku-buku di Let's Read juga bisa diunduh agar bisa dibaca saat offline serta juga bisa dicetak secara gratis 😍 oiya untuk bisa mengakses let's read sangat mudah, setelah aplikasinya diunduh tinggal masuk tanpa harus registrasi. Oiya Buku-bukunya juga ada levelnya loh, jadi bisa disesuaikan dengan kemampuan si anak.
Karena anak saya masih 2,5 tahun dan belum bisa membaca, membaca buku menjadi menyenangkan karena tertarik dengan gambarnya. Menurut saya ilustrasi-ilustrasi yang ada di berbagai cerita di Let's Read cantik dan lucu-lucu tidak jauh dengan buku-buku yang biasa dibeli di toko buku.
Salah satu cerita yang gambar dan ceritanya menarik menurut saya dan Ibrahim suka adalah cerita Naik Bendi. Ceritanya sederhana, berkisah tentang seorang cucu yang mengajak kakeknya naik Bendi atau delman. Dan harus berangkat dari Padang ke Payakumbuh agar bisa naik Bendi dan berwisata di sana. Ilustrasinya menarik dan sangat detail, bisa menggambarkan suasana kota Payakumbuh dengan sangat indah. Kerennya juga cerita ini dilengkapi dengan 9 bahasa termasuk Bahasa Batak dan Minangkabau.
Selain itu karena Ibrahim sedang ada di fase suka dengan binatang tentunya cerita-cerita fabel lah yang menjadi favoritnya, misalnya cerita Grasshopper Angkat Bicara karya kok Song Keng dan Him Koemyan, Cerita dua ekor ayam Tata & Titi karya Ratna Kusuma Halim atau cerita Seekor kuda bernama Rudi karya Ella Elviana.
Beberapa judul buku favorit Ibrahim |
Saya senang membacakan buku anak dengan suara yang nyaring agar dia bisa mendengar dengan jelas kosakatanya serta biasanya saya mengajaknya menirukan gerakan atau ekspresi gambar yang ada di buku, tentunya dia lebih ingat dan merasa senang dengan cara membaca buku yang seperti itu. Sehingga ketika membaca ulang buku sebelumnya dia ingat apa yang diceritakan atau ketika ditanya dia akan mengingat kembali seperti apa buku yang diceritakan.
Contohnya pada cerita Rudi, saya bercerita sambil menunjuk ekspresi si kuda, menanyakan kenapa dan apa yang terjadi kepada kuda itu, selanjutnya ketika ditanya tentang cerita apa dia akan bisa menceritakannya kembali atau sudah hafal ceritanya kalau mau baca buku itu lagi.
Senang ya bisa merasakan menyenangkannya membaca cerita tanpa perlu beli buku baru atau pergi ke Perpustakaan untuk membaca dan meminjam buku, apalagi di masa pandemi seperti sekarang, perlu banyak pertimbangan kan untuk pergi keluar rumah, tentunya lebih praktis dan ringkas karena ratusan cerita hanya dalam satu gadget.
Hak anak dalam hal membaca ini bisa lebih mudah kita penuhi lewat aplikasi Let's Read ini, Yuk unduh Let's Read Sekarang juga dan dapatkan pengalaman membaca dongeng bersama anak yang lebih menyenangkan!
Dan jangan lupa ikuti sosial media Let's Read, instagramnya @letsread.indonesia yaa..