Culture Shock Dalam Pernikahan



Prinsip Pernikahan Orang Zaman Dulu

Orang-orang zaman dulu banyak yang ngasih petuah untuk tidak menikah orang yang berbeda suku atau orang yang jauh tempat tinggalnya dengan kita. Kalau ditanya kenapa? Jawabannya pasti karena nanti adanya perbedaan budaya dan adat yang akhirnya jadi masalah dalam pernikahan karena banyaknya perbedaan yang terjadi. Makanya juga di dalam Islam dianjurkan untuk mencari pasangan yang se-kufu atau sederajat, sederajat di sini banyak arti salah satunya si persamaan budaya ini.

Aku menikah dengan orang yang bersuku sama dan berdomisili serta tumbuh besar di kota yang sama, yang di awal aku anggap tidak akan banyak perbedaan karena kesamaan hal-hal tadi, tapi.. ternyata tidak seperti itu loh guys 😂

Baca juga: Topik Perdebatan Para Ibu Yang Tidak Ada Habisnya

Perbedaan Yang Awalnya Dianggap Remeh

Aku mengalami culture shock padahal kita bersuku yang sama dan dari daerah yang sama, kita memiliki banyak perbedaan dalam budaya rumah masing-masing, bahkan untuk hal yang dianggap remeh seperti cara menggoreng telur pun kita berbeda.

Di awal pernikahan suamiku bingung kenapa kalau aku goreng telur tidak pakai minyak dan hambar, sementara dia terbiasa di rumah orang tuanya menggoreng telur dengan minyak banyak dan asin. Kecap di rumah pun berbeda, di rumah orangtuaku suka kecap Bango dan di rumah orangtuanya suka kecap ABC atau Sedaap. Atau di rumah orangtuanya tidak terbiasa sarapan sementara di rumah orangtuaku terbiasa sarapan, hal-hal seperti ini terlihat remeh kan? Tapi hal-hal seperti ini juga yang bisa menjadi awal masalah dalam rumah tangga dan hal ini termasuk dalam perbedaan budaya.

Bagaimana Cara Kita Menghadapinya?

Semakin ke sini belajar dari pengalamanku selama berumah tangga, melihat bagaimana orangtuaku dan mertuaku, bagaimana saudara saudariku dan teman-teman ternyata ya ini memang bumbu-bumbu dalam pernikahan, makanya banyak orang juga yang menyarankan di awal sebelum menikah harus detil dalam menyamakan visi dan misi dalam berumah tangga (salah satu hal yang harus dilakukan dalam ta’aruf) bahkan urusan selera makanan saja sebenarnya harus dibicarakan.

Kalau kata orang Jawa dalam pernikahan itu harus nerimo, nerimo bukan berarti menerima pasrah begitu saja ya tapi saling menerima kekurangan dan kelebihan pasangan. Karena menikah itu bukan menyatukan dua kepala jadi satu, tapi bagaimana membuat dua kepala tadi bisa berjalan bersama dan beriringan, melengkapi satu sama lain. 


Orang-orang zaman sekarang banyak yang mempertanyakan kok bisa sih orang zaman dulu sangat awet dalam pernikahan mereka berpuluh-puluh tahun kuat bersama, jawabannya ya karena nerimo tadi. Kalau ada perbedaan ya bisa saja salah satu yang mengalah atau dikoloborasikan di rumah. Selama bukan kesalahan fatal dan bisa diperbaiki, orang-orang zaman dulu memilih untuk memperbaiki daripada meninggalkan.

Baca juga: Ibu Rumah Tangga Tanpa ART & Nanny

Dalam pernikahan kita akan terus belajar, belajar sabar, belajar memaklumi, belajar menghargai, belajar mensyukuri, belajar untuk mengusahakan yang terbaik, belajar untuk menjadi lebih baik lagi. Kalau tidak belajar begini maka si culture shock tadi akan berjalan sepanjang pernikahan dan menjadi bom waktu dalam pernikahan itu sendiri. 

Bumbu-bumbu Dalam Pernikahan Pasti Ada

Jadi tidak harus berbeda suku maka terjadi culture shock lalu tidak ada masalah, bisa jadi yang berbeda suku berbeda kewaganegaraan malah sangat akur karena komunikasi mereka baik, saling menghargai satu sama lain sehingga ketika culture shock terjadi bisa diatasi dengan baik dan tidak menjadi masalah dalam pernikahan. Culture shock akan terjadi meskipun kita merasa punya banyak kesamaan, karena pada hakikatnya kita manusia memang diciptakan berbeda-beda oleh Allah.

Pernikahan saya memang belum lama, tapi juga tidak bisa disebut baru menikah karena sudah menginjak tahun ke-4 dan semoga Allah selalu memberkahi pernikahan kami, tapi dalam beberapa tahun ini saya belajar bahwa salah satu kunci sukses dalam menjalani pernikahan adalah komunikasi dan menghargai satu sama lain, berjalan beriringan sebagai partner hidup dan nerimo keadaan masing-masing.

Jangan lupa, ketika kita merasa ada yang salah dalam pernikahan jangan lupa untuk komunikasi juga dengan yang di Atas. Apakah kita terlalu sibuk dengan pasangan dan dunia sampai lupa dengan Yang Maha Mencipta? 



Memperbaiki Niat

Saat ini saya sering membaca kegagalan pernikahan karena terjadi hal-hal sejenis culture shock dalam pernikahan dan menjadi cerita yang akhirnya membuat banyak orang tidak mau menikah atau takut untuk menikah. Percayalah setiap langkah apapun yang kita ambil pasti memiliki resiko, mau menikah atau tidak pasti ada plus minusnya sendiri. Karena itu perbaikilah niat saat ingin menikah, untuk apa sih menikah ini? Apakah benar aku nih mau nikah karena ibadah atau apa? Selain itu perbaiki diri kita juga, karena dapat dikatakan kalau jodoh itu cerminan diri kita sendiri. Mau dapat pasangan yang seperti apa sih aku ini sebenarnya?

Memang sih semua yang saya tulis di atas terdenga klise atau ya itu karena beruntung aja? Tapi apa itulah yang bisa dilakukan ketika menghadapi perbedaan, bahkan bukan hanya dengan pasangan tapi juga dengan orang lain. Misalnya saat ada orang yang tiba-tiba marah besar karena tersenggol kita, bisa jadi orang itu ternyata sedang having a bad day dan kalau kita bisa memaklumi atau menanyakan orang itu apakah butuh bantuan maka bisa jadi yasudah tidak ada masalah baru, tapi bisa jadi masalah besar ketika kita marah balik dan akhirnya berantem padahal bisa diselesaikan baik-baik.

Semoga Allah selalu menjaga dan memberkahi pernikahan kalian yang sedang membaca ini, memudahkan pemecahan masalah jika kalian sedang ada masalah dengan pasangan dan Allah mudahkan langkah kalian untuk mantap dalam pernikahan dengan memberikan tanda Nya sendiri. Aamin ❤️

Baca di sini : Rasanya Hamil Berjarak Dekat?


1 Comments

  1. Yang sesuku aja banyak perbedaan ya mba :D. Aku sama suami termasuk beda banget2 :D. Aku Batak asli, dia Jawa asli. Jangan ditanya bedanya kami gimana :D. Tapi terkadang justru perbedaan2 tadi yang malah menyatukan, Krn bisa jadi pelengkap.

    Tapi setuju, semuanya tergantung dari komunikasi masing2. Ga usah takut sih menyatakan apa yg kita pikirin ke pasangan. Krn bisa aja pasangan memang ngga ngerti kalo hal tersebut bertentangan di kebiasaan kita. Toh Ama pasangan halal sendiri, memang sebaiknya saling terbuka :D. Semua poin2 keberatan ya dibicarain supaya bisa dapet win win solution nya.

    Aku Ama suami butuh waktu ga sebentar untuk memahami kebudayaan masing2. Aku yg Batak cendrung blak blakan, sementara dia cendrung ngalah. Tapi terkadang aku mau dia sampaikan juga apa yg dia ga suka, jadi aku bisa berubah :). Ilangin deh rasa ga enak, malah bikin makan ati kalo pasangan tetep ga ngerti2 :D.

    BalasHapus

komentar anda sangat membantu saya untuk blog ini, terimakasih :)